Senang bisa menulis kembali blog ini, walaupun ditengah kesibukan yang padat, namun perkenanan Tuhan yang ajaib yang senantiasa menyertai kita semua. Pada kesempatan ini, ingin menuliskan berbagai-bagai kegelisahan saya secara pribadi (maklum namanya saja blog pribadi, bung) akan keberadaan kita ditengah-tengah kemajemukan yang ada. Sebagai orang percaya (ber-Tuhan) maka wajib hukumnya untuk menerima perbedaan tanpa mengurangi nilai kepercayaannya kepada yang dipercayai.
Keberagaman itu indah, adalah judul yang baik bagi orang yang mengerti arti keberagaman. Namun, menjadi tidak asik di telinga pendengar, pembaca yang mengklaim dirinya adalah yang benar, dan orang lain tidak benar. Pencapaian suatu kebersamaan adalah ketika seseorang sadar betul bahwa dia berbeda dengan orang lain. Ada banyak kita menyamakan sesuatu yang berbeda, secara berpikir logis kita tidak pernah sama, ini realita. Tetapi keberagaman itu bisa menjadi kekuatan bagi kita yang mengerti bahwa kita beda.
Perbedaan pendapat, pandangan, bahkan sampai kepada ideologi, itu sah-sah saja, sejauh tidak mengganggu hak azasi manusia itu sendiri. Dalam perspektif Negara Kesatuan Republik Indonesia, kita bangga kepada Pancasila yang mampu meleburkan keberagaman menjadi satu Persatuan Indonesia dan Bhineka Tungga Ika, biar berbeda-beda tetap satu juga, yaitu Indonesia. Bersyukur sekali bisa berada di antara keberagaman ini. Bila di tinjau dari pandangan Iman Kristiani menurut saya, seringkali kali kita menjadi eksklusif. Kita sering merasa "benar" sendiri, tetapi sesungguhnya kita tidak dibatasi oleh ruang-ruang khusus untuk menyatakan Kristus dalam kehidupan yang pluralis. Dalam teori pluralisme maka kita mengenal semua agama sama, dan memiliki kodrat yang sama dengan manusia lain, tetapi dewasa ini, masih ada kelompok yang merasa dirinya benar orang lain tidak benar. Konsep berpikir "KEBENARAN" tidaklah berubah, sesuai dengan yang kita yakini, tetapi ingat "Matius 5 : 13" ; Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang."
Ada banyak ayat dalam Alkitab yang memberikan pemahaman bahwa kita melihat dunia tidak dibatasi oleh organisasi, denominasi, bahkan kepercayaan sekalipun, sebagaimana amanat agung Tuhan Yesus, bagaimana kita pergi, menjadikan bangsa menjadi murid bagi Kristus. Artinya, kita berguna bagi dunia. Saatnya kita menyatakan diri kepada dunia agar bisa menjadi berkat bagi mereka, dalam bingkai pluralis. Toleransi, dialog adalah instrumen yang tepat mewujudkan persatuan dalam keberagaman.
Akhir kata, jadilah orang yang bermanfaat bukan yang eksklusif di mana kita Tuhan tempatkan.
Berbuat baik menjadi, penerimaan yang benar dan baik akan orang juga tujuan cita-cita Indonesia yang disatukan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pancasila dasar Negara kita, oleh Pancasila kita bersatu walaupun berbeda. Hiduplah damai dan lakukan yang benar. Jauhkan diri dari segala bentuk perpecahan, tidak ada kesukuan, tidak ada kelompok, tetapi yang ada keberagaman dalam kebersamaan.
Tuhan Memberkati
Keberagaman itu indah, adalah judul yang baik bagi orang yang mengerti arti keberagaman. Namun, menjadi tidak asik di telinga pendengar, pembaca yang mengklaim dirinya adalah yang benar, dan orang lain tidak benar. Pencapaian suatu kebersamaan adalah ketika seseorang sadar betul bahwa dia berbeda dengan orang lain. Ada banyak kita menyamakan sesuatu yang berbeda, secara berpikir logis kita tidak pernah sama, ini realita. Tetapi keberagaman itu bisa menjadi kekuatan bagi kita yang mengerti bahwa kita beda.
Perbedaan pendapat, pandangan, bahkan sampai kepada ideologi, itu sah-sah saja, sejauh tidak mengganggu hak azasi manusia itu sendiri. Dalam perspektif Negara Kesatuan Republik Indonesia, kita bangga kepada Pancasila yang mampu meleburkan keberagaman menjadi satu Persatuan Indonesia dan Bhineka Tungga Ika, biar berbeda-beda tetap satu juga, yaitu Indonesia. Bersyukur sekali bisa berada di antara keberagaman ini. Bila di tinjau dari pandangan Iman Kristiani menurut saya, seringkali kali kita menjadi eksklusif. Kita sering merasa "benar" sendiri, tetapi sesungguhnya kita tidak dibatasi oleh ruang-ruang khusus untuk menyatakan Kristus dalam kehidupan yang pluralis. Dalam teori pluralisme maka kita mengenal semua agama sama, dan memiliki kodrat yang sama dengan manusia lain, tetapi dewasa ini, masih ada kelompok yang merasa dirinya benar orang lain tidak benar. Konsep berpikir "KEBENARAN" tidaklah berubah, sesuai dengan yang kita yakini, tetapi ingat "Matius 5 : 13" ; Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang."
Ada banyak ayat dalam Alkitab yang memberikan pemahaman bahwa kita melihat dunia tidak dibatasi oleh organisasi, denominasi, bahkan kepercayaan sekalipun, sebagaimana amanat agung Tuhan Yesus, bagaimana kita pergi, menjadikan bangsa menjadi murid bagi Kristus. Artinya, kita berguna bagi dunia. Saatnya kita menyatakan diri kepada dunia agar bisa menjadi berkat bagi mereka, dalam bingkai pluralis. Toleransi, dialog adalah instrumen yang tepat mewujudkan persatuan dalam keberagaman.
Akhir kata, jadilah orang yang bermanfaat bukan yang eksklusif di mana kita Tuhan tempatkan.
Berbuat baik menjadi, penerimaan yang benar dan baik akan orang juga tujuan cita-cita Indonesia yang disatukan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pancasila dasar Negara kita, oleh Pancasila kita bersatu walaupun berbeda. Hiduplah damai dan lakukan yang benar. Jauhkan diri dari segala bentuk perpecahan, tidak ada kesukuan, tidak ada kelompok, tetapi yang ada keberagaman dalam kebersamaan.
Tuhan Memberkati